Tugas paragraf pertama sebuah cerpen adalah menarik orang agar membaca paragraf berikutnya.
Baik, Anda paham.
Pertanyaannya, bagaimana cara membuat paragraf pertama yang menarik ?
Menulis paragraf pertama pada draft awal mungkin bukan perkara sulit.
Anda hanya perlu menulis tanpa mengedit, seperti nasihat Guy de
Maupassant:
Untuk memulai menulis cerita, Anda cukup menggoreskan hitam diatas putih
Namun saat merevisi draft awal, Anda wajib mencemaskan paragraf
pertama. Jika paragraf pertama Anda gagal menunaikan tugasnya, alamat
sia-sialah seluruh kerja keras Anda.
Anda tidak mau itu terjadi, bukan ? Jadi pada posting ini kita akan
belajar menulis paragraf pertama……dan kita akan mempelajarinya dari
cerpen-cerpen klasik dunia.
Tapi mengapa dari cerpen-cerpen klasik dunia?
Karena cerpen-cerpen klasik terbukti bertahan melewati waktu, antara
lain karena daya tarik paragraf pertamanya…..Selain soal selera. Juga.
5 Cara Menulis Paragraf Pertama Sebuah Cerpen
Sedikitnya ada 5 cara menulis paragraf pertama yang bisa ditiru dari cerpen-cerpen klasik.
Catatan : Anda bisa membaca utuh contoh cerpen-cerpen dibawah pada Fiksi Lotus (Maggie Tiojakin)… 2 diantaranya termasuk dalam buku Kumpulan Cerpen Klasik Dunia Fiksi Lotus vol.1 (Gramedia Pustaka Utama, 2012). Volume 2-nya akan terbit awal tahun 2013.
Berikut kelima cara tersebut :
1. Memunculkan Masalah Yang Harus Diselesaikan Oleh Karakter
Pembukaan ini favorit para penulis. Pembaca (dan manusia umumnya)
tertarik pada masalah – khususnya yang terjadi pada orang lain.
Mari kita lihat contohnya pada cerpen
The Gift Of The Magi (1906) karya O. Henry.
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu. Bahkan,
enam puluh sen dari jumlah itu terdiri dari uang receh bernilai satu
sen-an, hasil simpanannya selama ini—yang didapatnya dengan cara
mendesak tukang sayur, tukang daging dan penjaga toko kelontong agar
sudi menjual dagangan mereka kepadanya dengan harga termurah. Proses
tawar-menawar itu tidak jarang membuatnya malu, hingga pipinya memerah,
sebagaimana semua orang pasti merasakan hal yang sama jika mereka ada di
posisinya. Tiga kali sudah Della mempermalukan diri. Satu dolar dan
delapan puluh tujuh sen. Lebih sial lagi, besok adalah Hari Natal.
Contoh pembukaan diatas lansung mengetengahkan pokok persoalan yang harus diselesaikan oleh karakter (Della) :
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu…
…… besok adalah Hari Natal.
Emosi pembaca terhubung dengan cerita karena mengangkat masalah yang
familar. Di Indonesia, sebagian besar kita mengalaminya –minimal- sekali
setahun (cukup mengganti Natal dengan Lebaran).
Untuk menonjolkan masalah, O. Henry mendramatisir latar belakang karakter yang hidup pas-pas-an.
Lewat detail;
Uang receh.
Mendesak pedagang untuk memberikan harga termurah. …membuatnya malu hingga pipinya merah…. O. Henry menunjukkan beban hidup keseharian karakternya. Informasi ini dengan sendirinya meningkatkan intensitas masalah.
2. Memulai Dengan Aksi
Jenis pembukaan ini lansung melompat ke tengah cerita. Tanpa latar belakang.
Sebuah insiden memotong semua latar belakang yang bertele-tele
(biasanya hadir dalam draft awal)…tepat saat aksi karakter mengambil
alih cerita.
Contohnya cerpen
The Man Who Shouted Teresa karya penulis Italia, Italo Calvino.
Aku menjauh dari trotoar, berjalan mundur beberapa
langkah dengan wajah tengadah, lalu dari tengah jalan, seraya
mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di sekitar mulut, aku
berteriak sekeras-kerasnya: “Teresa!”
Teknik membuka cerpen dengan aksi mengacu ketat pada
prinsip show don’t tell (tunjukkan, jangan katakan).
Lihat bagaimana Italo Calvino
menunjukkan aksi tokoh ‘Aku’ lewat rincian;
Menjauh, berjalan mundur, wajah tengadah, mengatupkan tangan…
Menunjukkan membuat adegan lebih hidup. ketimbang hanya
mengatakan ‘
aku berdiri di trotoar dan berteriak memanggil Teresa’.
3. Memberikan Garis Besar Cerita
Pembaca bisa mengidentifikasi garis besar cerita hanya dengan membaca paragraf pertama.
Namun hati-hati menggunakan jenis pembukaaan ini. Menampilkan seluruh
garis besar cerita sama saja menyuruh pembaca Anda pergi. Karena itu,
jenis pembukaan ini sengaja menahan informasi penting mengenai motif
karakter (alasan mengapa kisah terjadi).
Contohnya cerpen
Pesta Makan Malam (1973) karya Roald Dahl, seorang penulis dan penyair asal Inggris.
Begitu George Cleaver resmi menjadi seorang jutawan, dia
dan istrinya, Mrs. Cleaver, pindah dari rumah kecil mereka di pinggiran
kota ke sebuah rumah mewah di tengah kota London. Pasangan itu kemudian
menyewa jasa seorang koki asal Prancis, Monsieur Estragon, dan seorang
pelayan berkebangsaan Inggris, Tibbs—dengan tuntutan gaji yang sangat
besar. Dibantu oleh kedua orang tersebut, pasangan Mr. dan Mrs. Cleaver
pun berniat menaikkan status sosial mereka dan mulai mengadakan pesta
makan malam yang luar biasa mewah sebanyak beberapa kali seminggu.
Pembaca bisa mengetahui, kalau cerpen ini berkisah tentang rencana pasangan Cleaver untuk meningkatkan status sosial mereka.
Dikatakan garis besar, juga, karena telah memperkenalkan
karakter, yang terdiri dari Mr & Mrs. Cleaver, koki Estragon, dan pelayan Tibbs. Mengandung benih
konflik antara pasangan Cleaver Vs. Koki & pelayan yang menuntut gaji besar…serta
latar di rumah mewah kediaman pasangan Cleaver.
Yang tersisa hanya alasan; kenapa ?
Kenapa untuk meningkatkan status sosial, pasangan Cleaver mesti
menggelar pesta-pesta makan malam yang mewah …sampai rela menggaji mahal
seorang koki asal Perancis ?
Roald Dahl sengaja menahan informasi tersebut sebagai trik menarik orang membaca.
4. Mengisyaratkan Bahaya (Ketegangan)
Pembukaan ini memberi pertanda kepada pembaca tentang bahaya yang
menghampiri karakter – Manusia menyukai ketegangan, sebenarnya.
Contohnya bisa dilihat pada cerpen
The Interlopers (1919) karya Saki (nama pena dari Hector Hugh Munro), seorang penulis asal Inggris
Di tengah rimbunnya pepohonan dalam sebuah hutan lebat di
belah timur tebing Pegunungan Carpathian, seorang pria berdiri tegap
mengawasi sekelilingnya. Saat itu musim dingin, dan ia tampak seolah
sedang menunggu monster hutan datang menghampirinya, dalam jangkauan
pandangannya, agar kemudian dapat ia bidik dengan senapan berburunya.
Saki mengirim pertanda bahaya melalui :
-
Karakterisasi ; ….
berdiri tegap mengawasi sekelilingnya…dan ..
tampak seolah menunggu monster hutan.
-
Latar ; …
Pegunungan, tebing, hutan lebat, musim dingin, dan…
-
Peralatan untuk membunuh berupa….
senapan berburu.
5. Menampilkan Lokasi Cerita
Membuka dengan tempat kejadian hanya jika tempat tersebut berperan besar dalam cerita.
Contohnya seperti cerpen
A Clean, Well-Lighted Place (1926) karya
karya Ernest Hemingway.
Saat itu larut malam dan semua orang beranjak
meninggalkan café tersebut kecuali seorang pria tua yang duduk dalam
bayang-bayang dedaunan pohon yang berdiri kokoh di samping sebuah lampu
listrik. Di siang hari, jalanan di depan café sarat akan debu kotor,
namun di malam hari embun yang terbentuk di udara serta-merta
menyingkirkan serpihan debu dari permukaan jalan. Itulah sebabnya si
pria tua senang duduk di café saat semua orang justru ingin pulang ke
rumah, karena ia tuli dan di malam hari suasana di jalan tersebut
berubah sunyi, seolah membawanya ke alam lain.
Pembukaan ini memberi petunjuk kepada pembaca adanya hubungan spesial
antara lokasi kejadian dengan karakter ….dan tema cerita secara
keseluruhan – Hemingway sudah mengisyaratkan itu melalui judul. Juga.
Dengan kata lain, sebuah lokasi sekaligus merepresentasikan karakter & tema itu sendiri.
Lihat contoh diatas. Hemingway meminjam tempat sebagai media karakterisasi… Visualisasi lokasi cerita
mewakili sifat penyendiri karakter si pria tua. Itulah tipe pria-pria
berjiwa rentan, kesepian, dan biasanya mengidap insomnia – itu sebabnya
memilih kafe (yang bercahaya terang). Bukan bar.
Catatan : tidak ada alasan pribadi kenapa saya memilih cerpen ini sebagai contoh
Paragraf Pertama Memancing Pertanyaan Pembaca
Paragraf pertama sebuah cerpen menarik karena memicu rasa ingin tahu pembaca.
Pertanyaan menyuap orang agar meneruskan bacaan.
Meski kelima paragraf pertama cerpen diatas berbeda, namun semuanya memancing pertanyaan dibenak pembaca :
- Membuka dengan masalah yang harus diselesaikan oleh karakter
Pembaca ingin tahu bagaimana karakter menyelesaikan masalah ?
Perubahan apa yang terjadi pada diri karakter setelah melewati masalah ?
(resolusi).
- Membuka dengan aksi (insiden)
Apa maksud karakter melakukan aksi (insiden) ?
- Membuka dengan garis besar cerita… TAPI menahan informasi penting mengenai motif; kenapa karakter melakukan sesuatu?
- Membuka dengan pertanda bahaya (ketegangan)
Apakah karakter berhasil melewati bahaya ? Apa yang akan terjadi dengannya ?
- Membuka dengan menampilkan lokasi cerita
Mengapa tempat tersebut istimewa ? Apa hubungan lokasi cerita dengan karakter…dan tema cerita secara keseluruhan?
…Satu hal lagi. Selalu menampilkan karakter dalam paragraf pertama.
Ada alasan mengapa kelima pembukaan cerpen diatas lansung
memperkenalkan karakternya. Penulisnya tahu sifat dasar manusia. Setelah
semua, manusia paling tertarik dengan sesamanya. Itu sebabnya kehadiran
karakter, atau nama orang, lansung menarik perhatian pembaca.
Sangkalan : Belum ada teknik menulis
yang berlaku efektif bagi semua penulis… Teknik menulis yang sama tidak
menjamin hasil yang sama ditangan dua penulis berbeda.
Bagaimana Dengan Anda ?
Apakah Anda punya pembukaan cerpen favorit ?
…dan terima kasih. Saya sangat menghargai Anda, karena mau berbagi
posting bermanfaat ini kepada teman Anda via facebook & twitter.
semoga bisa ya.. dan bermanfaat..